Jumat, 12 Oktober 2012

Mahalnya Kesehatan


            Sudah beberapa hari ini saya terkena flu, karena semakin hari semakin memburuk dan terjadi sesak nafas. Kemarin akhirnya saya di bawa oleh mamah ke rumah sakit. Rumah sakit yang saya datangi cukup bergengsi di kalangan menengah keatas. Ketika saya ingin meregistrasi atau bisa disebut pendaftaran berobat jalan kami harus mengeluarkan uang sekitar Rp. 60.000,-. Sekilas saya mendengar ada seorang ibu meminta kepada kepala keuangan untuk membantunya meregistrasi anaknya yang telah di fonis terkena DBD (Demam Berdarah Dengue). Ibu itu tanpa malu bekata di depan orang banyak “ pak bantu saya, saya tidak punya uang untuk bayar ini” ujar ibu itu sambil menggendong anaknya yang sedang sakit. 


           

         Kepala keuangan Rumah Sakit tersebut hanya dapat berkata “ ibu urus daftar ini dulu nanti saya bantu”. Ibu itu pun tergesa-gesa mengisi kertas yang diberikan kepala keuangan itu. Karena aku dan mamah sudah mengurus registrasi, kami pun duduk sambil menunggu adanya panggilan dari ruangan dokter. 

Tak lama kemudian saya dan mamah di panggil dari ruangan dokter untuk melakukan pemeriksaan. Ketika pemeriksaan, saya dikatakan terkena darah rendah dan radang tengggorokan.  Beberapa menit kemudian setelah pemeriksaan kami duduk di depan loket obat untuk menebus resep yang telah di berikan dokter. Karena loket obat dekat dengan tempat registrasi berobat jalat, saya pun masih melihat adanya ibu yang tadi sebelum saya di periksa. Bayangkan apa yang akan terjadi bila anak yang di gendong anaknya itu terlambat dia atasi ?


Saran Penulis :
mungkin berobat gratis memiliki tahap-tahap dalam pengurusan registrasi, tapi bukan kah sebaiknya anak atau orang yang sakit lebih di dahulukan untuk di tangani atau di periksa dan segera di beriobat. Mungkin setelah adanya pemeriksaan oleh dokter dan di beri obat, barulah rumah sakit meminta agar keluarga yang bersangkutan untuk mengurus itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar