Sudah beberapa hari ini
saya terkena flu, karena semakin hari semakin memburuk dan terjadi sesak nafas.
Kemarin akhirnya saya di bawa oleh mamah ke rumah sakit. Rumah sakit yang saya
datangi cukup bergengsi di kalangan menengah keatas. Ketika saya ingin
meregistrasi atau bisa disebut pendaftaran berobat jalan kami harus
mengeluarkan uang sekitar Rp. 60.000,-. Sekilas saya mendengar ada seorang ibu
meminta kepada kepala keuangan untuk membantunya meregistrasi anaknya yang
telah di fonis terkena DBD (Demam Berdarah Dengue). Ibu itu tanpa malu bekata
di depan orang banyak “ pak bantu saya, saya tidak punya uang untuk bayar ini”
ujar ibu itu sambil menggendong anaknya yang sedang sakit.
Kepala keuangan Rumah Sakit tersebut hanya dapat berkata “
ibu urus daftar ini dulu nanti saya bantu”. Ibu itu pun tergesa-gesa mengisi
kertas yang diberikan kepala keuangan itu. Karena aku dan mamah sudah mengurus
registrasi, kami pun duduk sambil menunggu adanya panggilan dari ruangan
dokter.
Tak
lama kemudian saya dan mamah di panggil dari ruangan dokter untuk melakukan
pemeriksaan. Ketika pemeriksaan, saya dikatakan terkena darah rendah dan radang
tengggorokan. Beberapa menit kemudian
setelah pemeriksaan kami duduk di depan loket obat untuk menebus resep yang
telah di berikan dokter. Karena loket obat dekat dengan tempat registrasi
berobat jalat, saya pun masih melihat adanya ibu yang tadi sebelum saya di
periksa. Bayangkan apa yang akan terjadi bila anak yang di gendong anaknya itu
terlambat dia atasi ?
Saran Penulis :
Saran Penulis :
mungkin
berobat gratis memiliki tahap-tahap dalam pengurusan registrasi, tapi bukan kah
sebaiknya anak atau orang yang sakit lebih di dahulukan untuk di tangani atau
di periksa dan segera di beriobat. Mungkin setelah adanya pemeriksaan oleh
dokter dan di beri obat, barulah rumah sakit meminta agar keluarga yang
bersangkutan untuk mengurus itu semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar